Begitu besar Pahala bagi orang yang mampu menahan Amarah

Posted by Belajar Taqwa Bareng on Kamis, 29 Januari 2015

"Sesungguhnya orang yang paling dibenci Allah adalah orang yang keras dalam berdebat (al-alad) dan keras kepala dalam pertengkaran (al-khashim)."Demikianlah sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu anha dalam kitab Shahih Bukhari.
Al-alad adalah orang sangat keras dan sering berdebat. Adapun al-khashim adalah orang yang membantah saudaranya dengan alasan yang batil serta tidak mau menerima kebenaran.

Pada kesempatan yang lain Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya Allah benci terhadap ja'dhari, jawadh, orang yang suka berteriak teriak (sakhab) di pasar, laksana bangkai di malam hari, namun bak keledai di siang hari. Dia mahir dalam urusan dunia tetapi bodoh dalam urusan akhirat" (HR. Baihaqi dan Ibnu Hibban dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu).

Demikian besar pahala yang dijanjikan bagi orang yang bisa menahan amarahnya. Bodoh sekali jika masih ada orang yang tidak tertarik untuk meraih surga, padahal caranya cukup mudah, yaitu dengan menahan amarah...
Ja'dhari adalah sifat keras, kasar dan sombong. Jawadh adalah yang suka mengumpul kan harta dan kikir. Sedangkan sakhab adalah suka berteriak, berselisih dan sombong.

"Laksana bangkai di malam hari dan bagaikan keledai di siang hari" adalah sebuah ungkapan untuk menggambarkan orang yang bekerja seperti keledai sepanjang siang untuk mencari dunia kemudian tidur sepanjang malam seperti bangkai yang tidak bergerak.


Sedangkan yang dimaksud dengan "mahir dalam masalah dunia" adalah mahir dalam perkara perkara yang menjauhkannya dari Allah SWT karena sibuk mencari dunia. Bodoh dalam masalah akhirat, maksudnya adalah tidak mengetahui perkara perkara yang mendekatkan diri kepada Allah di akhirat.
Setelah memperingatkan bahaya sikap keras kepala dan bertengkar, Rasulullah mengajarkan resep untuk menangkalnya, yaitu dengan menahan emosi dan menjauhkan diri dari hal hal yang bisa memicu kemarahan.

Kiat meredam amarah ada dua:
Pertama, tindakan pencegahan (preventif) sebelum terjadinya letusan amarah, yaitu menjauhi hal-hal yang bisa memicu amarah, antara lain: sifat sombong, kagum kepada diri sendiri, membangga-banggakan diri sendiri, angkuh, rakus, hobi berkelakar dan bergurau tidak pada tempatnya, dan sebagainya.
Kedua, tindakan pada saat terjadi kemarahan. Bila amarah sudah terbakar, maka ada empat langkah yang bisa dilakukan untuk menangkal:

1) Meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.
2) Berwudhu.
3) Merubah keadaan ketika marah baik dengan cara duduk, bangun, keluar, menahan diri dari bicara dan sebagainya.
4). Mengingat besarnya pahala orang yang menahan marah dan juga mengingat kehinaan yang menimpanya di dunia dan akhirat yang disebabkan oleh amarah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ دَعَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُءُوسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ اللَّهُ مِنَ الْحُورِ مَا شَاءَ


“Barangsiapa yang menahan kemarahannya padahal dia mampu untuk melampiaskannya maka Allah ‘Azza wa Jalla akan memanggilnya (membanggakannya) pada hari kiamat di hadapan semua manusia sampai (kemudian) Allah membiarkannya memilih bidadari bermata jeli yang disukainya.”[ HR Abu Dawud (no. 4777), at-Tirmidzi (no. 2021), Ibnu Majah (no. 4186) dan Ahmad (3/440), dinyatakan hasan oleh imam at-Tirmidzi dan syaikh al-Albani.]

Masih mau marah...???
Subhanakallahumma wa bihamdika asyhaduallailahailla anta astaghfiruka wa atubu ilaika

Blog, Updated at: 03.09